24 Oktober 2009

204 Media Nasional dan Asing Liput Pelantikan SBY - Boediono

Sumber: Detik com
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2009-2014 memang menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Tidak heran jika 204 media nasional maupun asing berbondong-bondong meliput acara tersebut.

"1.339 peliput akan mengabadikan momen tersebut," kata Sekjen MPR, Rohimullah dalam rilisnya, Senin (19/10/2009) kemarin.

Dari data yang masuk di Sekretariat Jenderal MPR telah terdaftar 86 media cetak nasional, 12 radio nasional, 22 TV nasional, 30 media internet yang meliput acara tersebut. Sementara dari media asing, tercatat 13 media cetak asing, 4 radio asing, 18 televisi asing dan 1 media internet asing.

"Juga akan ada lembaga penyiaran (kantor berita) negara asing dan situs resmi pemerintah," kata Rohimullah.

Rencananya, pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono akan digelar pukul 10.00 WIB. Selain anggota parlemen, pelantikan juga akan dihadiri oleh sejumlah mantan Presiden dan Wakil Presiden.

Bandung Lgi-lagi Disebut Cocok Jadi ICT City

sumber:www.detik.com, www.kompas.com
Menteri Komunikasi dan Informatika yang baru terpilih Tifatul Sembiring mengungkapkan sangat mendukung kemajuan industri teknologi komunikasi informasi (ICT) lokal.

Menurut Tifatul, suatu saat nanti Indonesia akan memiliki Silicon Valley seperti di Amerika Serikat (AS). Keinginan tersebut sepertinya sejalan dengan keinginan masyarakat Indonesia, khususnya kota Bandung yang baru-baru ini baru saja menggelar event Helarfest yaitu perhelatan kreatif warga Bandung khususnya komunitas kreatif.

Bandung memiliki potensi yang luar biasa untuk tumbuh dan berkembang berbasiskan industri kreatif. Merujuk kepada pengalaman suksesnya Silicon Valley di San Jose, Santa Clara, Sunnyvale, dan Palo Alto, AS sebagai salah rujukan kota kreatif dunia, Perusahaan teknologi raksasa banyak yang bermarkas di daerah tersebut seperti, Adobe System, Google, Yahoo, Apple Computer, Cysco Systems, eBay, Hewlett-Packard, dan Intel.

Menurut Kamil Ridwan, Ketua Bandung Creativity City Forum (BCCF), Bandung memiliki kemiripan seperti daerah Silicon Valley, AS meskipun dalam skala yang berbeda. Kemiripan itu terkait rumusan Three T (Tiga T) yaitu talenta, teknologi, dan toleransi.

Seperti yang dikutip dari detik.com, "tentu kami ingin tingkatkan industri lokal hardware dan software seperti Silicon Valley," kata Tifatul kepada detikINET.com.

Tifatul menilai, belanja infrastruktur ICT, khususnya telekomunikasi yang tiap tahunnya mencapai 70 triliun, kurang dinikmati masyarakat industri lokal.

Ia juga menyoroti, dengan pengguna telepon seluler yang mencapai 160 juta, seharusnya banyak potensi bisnis yang bisa direguk pebisnis dalam negeri.Red/AN

05 Oktober 2009

Tiga Juta US Dollar Bantuan Cepat dari Jerman

Jakarta, 01-10-2009

Kanselir Jerman Merkel menyampaikan duka cita yang mendalam kepada Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan menyampaikan kesediaan Jerman untuk membantu Indonesia.

Sehubungan dengan terjadinya gempa besar di Pulau Sumatra pada hari Rabu dan Kamis lalu, Kanselir Jerman, Angela Merkel pada Hari Kamis (01-10-09) dalam pembicaraan melalui telepon dengan Presiden RI Yudhoyono menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam. Ia menyampaikan bahwa Jerman akan membantu Indonesia menghadapi masa sulit ini. Kanselir Merkel juga menekankan kesediaan Jerman untuk memberi bantuan. Jerman telah menyediakan Tiga Juta US Dollar sebagai bantuan segera bagi para korban, 1,5 juta US Dollar dari jumlah tersebut diambil dari dana Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman. Selain itu sebanyak 40 Anggota THW (tenaga ahli penanganan bencana) akan ditugaskan di wilayah bencana di Sumatra Barat.

Presiden Yudhoyono menyampaikan terima kasih kepada Kanselir Merkel dan juga berterima kasih atas bantuan Jerman dan menyampaikan, bahwa Indonesia dengan senang menerima bantuan dari Jerman.

Selain itu Menteri Luar Negeri Jerman, Dr. Frank-Walter Steinmeier menyampaikan rasa dukanya terhadap terjadinya gempa di Sumatra kepada Menteri Luar Negeri RI Dr. N. Hassan Wirajuda dan menyampaikan kesedian Jerman untuk membantu.

01 Oktober 2009

KPID Jabar Ingatkan TV Berita Dalam Meliput Gempa SUMBAR

Bandung, 1 Oktober 2009,---

Karena sifatnya segera, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Kamis petang ini (01/10/09) melalui telepon, mengingatkan redaksi sejumlah televisi berita agar memperhatikan aturan dalam penayangan gambar, baik langsung maupun rekaman, dari lokasi evakuasi korban bencana gempa di Sumatera Barat.

Menurut Ketua KPID Jawa Barat Dadang Rahmat Hidayat, KPID Jabar mendukung kebebasan pers dan menjunjung tinggi hak publik untuk memperoleh informasi, namun gambar yang ditayangkan tetap harus memperhatikan dampak psikologis bagi korban, keluarga korban, dan pemirsa umumnya.

Menurut Peraturan KPI nomor 03 Tahun 2007 tentang Standard Program Siaran (SPS) Pasal 30 disebutkan, lembaga penyiaran agar membatasi gambar yang memperlihatkan korban bencana dengan memperhatikan dampak negatif seperti trauma baik kepada keluarga korban atau penonton anak-anak, dan lain-lain. Karena itu, Pasal 30 SPS mengatur agar gambar korban bencana disamarkan dan durasinya dibatasi.

Menurut Pasal 54 SPS dalam meliput dan atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena tragedi musibah atau bencana, lembaga penyiaran harus mempertimbangkan dampak peliputan bagi proses pemulihan korban dan keluarganya, tidak boleh menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/atau keluarga yang terkena musibah, dan atau orang yang sedang berduka, dengan cara memaksa, menekan korban dan/atau keluarganya untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya.

Selama sehari ini, kantor KPID Jawa Barat menerima banyak telepon dan SMS dari pemirsa televisi yang menilai cara presenter televisi berita dalam mewawancarai keluarga korban tidak pantas, karena mengajukan pertanyaan yang tidak relevan hanya untuk memancing air mata orang yang diwawancarai. Pertanyaan cliche yang selalu ada adalah, "apa perasaan Anda?". Ada pula pemirsa yang terganggu dengan gambar seorang ibu yang dievakuasi hidup dan diambil gambar dengan close up juga jenazah anak-anak yang bertumpuk-tumpuk diambil secara close up. Menurut sejumlah pemirsa, gambar-gambar itu hanya menimbulkan kengerian, bukan menimbulkan simpati, terutama pada diri penonton anak-anak kecil. Melalui facebook KPID Jabar, seseorang menulis, televisi seharusnya tidak mengeksploitasi bencana atau korban bencana untuk menarik rating.