02 November 2009

Siaran Televisi Hilangkan Nilai Etika Anak

WASPADA ONLINE

MEDAN - Siaran televisi yang sarat dengan adegan kekarasan secara fisik dan verbal dipercaya menjadi penyebab hilangnya nilai etika dan sopan santun anak pada orang tua.

"Kita wajib prihatin dengan siaran televisi sekarang yang minim nilai edukasi dan sarat adegan kekerasan. Semua itu berpengaruh pada perilaku anak yang sekarang cenderung kehilangan etika dan sopan santun kepada orang tua," kata ketua Himpunan Mubalig Sumut (HIMSU), Khaidir Sulaiman malam ini.

Menurut dia, siaran televisi punya pengaruh kuat terutama kepada anak-anak dan remaja. Sayangnya dampak negatif tayangan di televisi lebih dominan karena acara yang disiarkan minim nilai edukasi.

Dampak negatif itu akibat dominannya tayangan kekerasan baik secara fisik dan verbal. Perilaku artis yang cenderung bebas dan bicara lepas juga berpengauh kuat terhadap penonton terutama anak-anak dan remaja.

"Anak-anak dan remaja punya sikap selalu ingin mencontoh apa yang dilihatnya karena rasa ingin tahunya yang besar sehingga adegan dan perilaku artis yang dilihatnya di televisi cenderung diikutinya," tambah mubalig yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini.

Ia mengatakan, sebenarnya sudah cukup lama keprihatinan akan tayangan televisi yang tidak mendidik tersebut diungkap ke permukaan. Tak terhitung berapa banyak penelitian yang dilakukan mengenai dampak negatif siaran televisi.

Namun kata dia, sampai saat ini keprihatinan dan peringatan akan bahaya siaran televisi terhadap prilaku anak seperti kurang mendapat perhatian. Kekerasan dan perilaku artis yang cenderung menunjukkan kebebasan juga masih mendominasi siaran televisi.

"Kita sebenarnya sangat berharap pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar lebih tegas dalam bersikap terutama menyangkut kekerasan dan siaran lain yang tidak memiliki nilai edukasi," katanya.

Sebagai pengajar agama di sekolah dan universitas, Khaidir mengaku, kerap kesulitan dalam memberi pelajaran karena anak sekarang jauh lebih ‘berani’ dalam bersikap.

Anak didik menjadi lebih kritis tapi sering tidak pada tempatnya serta lebih emosional. Anak-anak juga cenderung kurang menghargai teman bahkan gurunya di sekolah.

"Saya kira para orang tua sekarang juga mengalami kesulitan di rumah dalam mendidik anak-anaknya dalam hal tata krama dan menanamkan nilai kesantunan," katanya.