01 Oktober 2009

KPID Jabar Ingatkan TV Berita Dalam Meliput Gempa SUMBAR

Bandung, 1 Oktober 2009,---

Karena sifatnya segera, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Kamis petang ini (01/10/09) melalui telepon, mengingatkan redaksi sejumlah televisi berita agar memperhatikan aturan dalam penayangan gambar, baik langsung maupun rekaman, dari lokasi evakuasi korban bencana gempa di Sumatera Barat.

Menurut Ketua KPID Jawa Barat Dadang Rahmat Hidayat, KPID Jabar mendukung kebebasan pers dan menjunjung tinggi hak publik untuk memperoleh informasi, namun gambar yang ditayangkan tetap harus memperhatikan dampak psikologis bagi korban, keluarga korban, dan pemirsa umumnya.

Menurut Peraturan KPI nomor 03 Tahun 2007 tentang Standard Program Siaran (SPS) Pasal 30 disebutkan, lembaga penyiaran agar membatasi gambar yang memperlihatkan korban bencana dengan memperhatikan dampak negatif seperti trauma baik kepada keluarga korban atau penonton anak-anak, dan lain-lain. Karena itu, Pasal 30 SPS mengatur agar gambar korban bencana disamarkan dan durasinya dibatasi.

Menurut Pasal 54 SPS dalam meliput dan atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena tragedi musibah atau bencana, lembaga penyiaran harus mempertimbangkan dampak peliputan bagi proses pemulihan korban dan keluarganya, tidak boleh menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/atau keluarga yang terkena musibah, dan atau orang yang sedang berduka, dengan cara memaksa, menekan korban dan/atau keluarganya untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya.

Selama sehari ini, kantor KPID Jawa Barat menerima banyak telepon dan SMS dari pemirsa televisi yang menilai cara presenter televisi berita dalam mewawancarai keluarga korban tidak pantas, karena mengajukan pertanyaan yang tidak relevan hanya untuk memancing air mata orang yang diwawancarai. Pertanyaan cliche yang selalu ada adalah, "apa perasaan Anda?". Ada pula pemirsa yang terganggu dengan gambar seorang ibu yang dievakuasi hidup dan diambil gambar dengan close up juga jenazah anak-anak yang bertumpuk-tumpuk diambil secara close up. Menurut sejumlah pemirsa, gambar-gambar itu hanya menimbulkan kengerian, bukan menimbulkan simpati, terutama pada diri penonton anak-anak kecil. Melalui facebook KPID Jabar, seseorang menulis, televisi seharusnya tidak mengeksploitasi bencana atau korban bencana untuk menarik rating.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar